PERTANIAN DI INDONESIA
Jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2009 sekitar 238 juta jiwa dengan laju pertumbuhan per tahun sebesar
1,25%. Jikalau laju pertumbuhan penduduk terus menurun ke angka di bawah satu
persen per tahun, pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 272
juta jiwa (Baga
& Puspita, 2013). Kondisi tersebut Membutuhkan ketersediaan
pangan yang cukup besar yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumber daya
yang besar untuk memenuhinya. Tingkat konsumsi pangan penduduk berkaitan dengan
perilaku konsumsi masyarakat. Untuk mewujudkan ketahanan pangan perlu dilakukan
penganekaragaman pangan yang bersumber dari pangan karbohidrat lain seperti
gandum. Volume impor Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, volume
impor gandum tertinggi di capai pada tahun 2008 sebanyak 4,9 ton.
Selain gandum indonesia juga
menghasilkan buah buahan lokal dan juga tanaman perkebunan lainnya. Dalam
rangka peningkatan program-program pembangunan pertanian yang ditujukan untuk
mendukung perkembangan sektor pertanian yang maju, efisien dan tangguh serta
mampu meningkatkan kesejah- teraan petani dan pemenuhan kebutuhan pangan dalam
negeri, pemerintah dalam jangka panjang melakukan pengembangan di sektor
pertanian secara teknis melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi,
serta non teknis salah satunya melalui pengembangan komoditas unggulan
tiap-tiap daerah.
membanjirnya buah impor pada saat
sebelum krisis moneter telah memojokkan buah-buahan lokal (Ekawati,
Ellyta, & Rahmatullah, 2014). Oleh karena itu volume impor di
Indonesia semakin meningkat. Buah lokal semakin banyak tersedia di pasar dengan
harga yang bersaing, oleh karenanya krisis moneter seharusnya dapat menjadi
momentum yang tepat untuk merencanakan pengembangan buah lokal sebagai
komoditas unggulan untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri. Faktor kualitas,
harga, merek, lokasi membeli, sumber informasi (preferensi), kualitas fisik,
kemasan produk dan promosi mempengaruhi prilaku konsumen dalam pembelian (Ekawati
et al., 2014).
Sedangkan untuk tanaman perkebunan dianggap
salah satu komoditas yang bisa diandalkan sebagai sentra agribisnis yang
menggiurkan dan menjanjikan. Jenis tanaman tahunan perkebunan yang dominan
ditanam di Indonesia antara lain karet, tebu, kelapa sawit, kopi, cengkeh,
kakao, lada, pala dan kayu manis (Hariyati,
2013). Sebagian besar tanaman perkebunan merupakan usaha
perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan besar, baik
milik pemerintah maupun swasta yang saat ini mulai mengalami peningkatan yang
cukup berarti (Hariyati,
2013).
Indonesia merupakan eksportir ke empat
dunia untuk komoditi kopi, dengan peran rata-rata sebesar 4,76 persen terhadap
total ekpor dunia. Total produsen kopi di Indonesia mencapai 205 perusahaan, namun
sebagian besar adalah perusahaan dengan usaha skala kecil yang hanya menguasai
pangsa pasar sebesar delapan persen saja (Nalurita,
Asmarantaka, & Jahroh, 2014). Di pasar internasional, rendahnya mutu kopi
Indonesia dan selera konsumen dunia yang lebih menyukai kopi jenis Arabika,
sementara Indonesia hanya mampu menyumbang 27,7 persen kopi jenis Arabika dari
total produksi kopi domestik, menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia.
Selain perkebunan indonesia juga
menghasilkan produk dari kehutanan
seperti produk kayu lapis. pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Kehutanan bekerjasama dengan beberapa pihak (baik instansi teknis maupun LSM
lingkungan) berusaha merumuskan sistem pemanfaataan hutan lestari. Hasil rumusan
tersebut menghasilkan suatu kesepakatan kebijakan kehutanan melalui
pemberlakuan verifikasi terhadap kayu yang beredar di pasar atau yang lebih
dikenal dengan Sertifikat Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) (Widyastutik
& Arianti, 2014). Isu mengenai mutu dan standar juga berkembang
pada produk ekspor kayu lapis Indonesia. Negara-negara konsumen memunculkan
persyaratan bukti legalitas kayu internasional. Seperti misalnya, Amerika
Serikat dengan Amandemen Lacey Act, Uni Eropa dengan EU Timber Regulation, Australia
dengan Prohibition Bill dan Jepang dengan Green Konyuho (Widyastutik
& Arianti, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Baga, L. M., & Puspita, A. A. D. (2013). AGRIBISNIS
GANDUM LOKAL DI INDONESIA. Jurnal Agribisnis Indonesia, 1(1),
9–26.
Ekawati, Ellyta, & Rahmatullah, R. (2014). ANALISIS
PEMASARAN BUAH LOKAL DI KALIMANTAN BARAT. Jurnal Agribisnis Indonesia, 2(1),
11–20.
Hariyati, Y. (2013). ANALISIS USAHATANI KAKAO RAKYAT DI
BERBAGAI POLA TANAM TUMPANG SARI. Jurnal Agribisnis Indonesia, 1(2),
155–166.
Nalurita, S., Asmarantaka, R. W., & Jahroh, S. (2014).
ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA. Jurnal
Agribisnis Indonesia, 2(1), 63–74.
Widyastutik, & Arianti, R. K. (2014). ANALISIS STRATEGI
KEBIJAKAN MUTU DAN STANDAR PRODUK KAYU LAPIS DALAM RANGKA MENINGKATKAN DAYA
SAING EKSPOR. In Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol. 2, pp. 75–92).
0 komentar:
Posting Komentar